Sabtu, 11 Januari 2014

cinta

arti sebuah cinta


Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA
Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)

Dalam haditsnya dari shahabat Tsauban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasaalam bersabda: “Hampir-hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab : ‘Cinta dunia dan takut mati.’ (HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.

Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)

Hakikat Cinta
Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:
Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)

Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah Shallallahu’alaii wassalam maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.

Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. bersabda Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik :
Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:
1. Membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
3. Terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.
4. Mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.
5. Hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya.
6. Menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.
7. Tunduknya hati di hadapan Allah
8. Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia).
9. Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.
10. Menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)I

Cinta adalah Ibadah
Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah Subhanahu wa taala berfirman:
Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)
Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)
adalah hadits Anas yang telahrAdapun dalil dari hadits Rasulullah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.”

Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:
1. Cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.
2. Cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
3. Cinta maksiat.
Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah berfirman:
Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)
4. Cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang Idibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman:
Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf ; 8 )
Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan ” Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)
Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci.
1. Bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.
2. Bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.
3. Bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.
Wallahu a’lam.

tuhan, pantaskah panggilan itu

Jangan kau panggil DIA tuhan


Dengan keterbatasan ilmu saya mencoba utk meluruskan penyebutan tuhan kepada Allah swt,

Arti Tuhan

Tuhan berasal dari bahasa sansekerta dg asal kata tuh dan hyang
tuh 
berarti kepala, dan hyang berarti dewa-dewa, jadi tuhan berarti kepala dewa-dewa, yang menandakan bahwa Allah adalah bagian dari dewa-dewa dan itu bermakna jamak tdk tunggal, padahal dlm kitab Alquran jelas, "katakanlah Allah itu maha esa," ( Qs. Al ikhlas 112:1 ).bagi kita org islam jelas ini sesuatu hal yg kurang tepat bahkan bisa cendrung masuk kedalam kesyirikan, klo bg org diluar islam wajar karena dewa/ tuhan mereka memang byk ( lebih dari satu).

mengapa kita tdk boleh memanggil tuhan?

Allah didalam alquran memiliki sebutan atau nama yg indah yg dinamakan asmaul husna, dan Allah hanya ingin di panggil dg nama-nama itu,
" Hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
( Qs. Al araaf 7:180 )
jadi jelas dg ayat ini Allah hanya mnghendaki sebutan dg asmaul husna, sementara tuhan tdk termasuk dan bkn asmaul husna, bahkan kata tuhan klo diulang-ulang penyebutannya maka akan terdengar menjadi hantu...
jadi masihkah mau memanggil Allah dg kata tuhan.?

wallahu 'alam...

Jumat, 10 Januari 2014

keluarga samara

menggapai sakinah, mawadah, warahmah

16 Desember 2013 pukul 5:29
Dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan diluar rumah tangga pun semua mengharapkan, yg namanya ketentraman, penuh kasih dan berlimpahnya rahmat... namun utk menggapai itu semua tdk mudah, membutuhkan byk usaha dan pengorbanan... untuk itu mari kita perhatikan firman Allah ta'ala :

" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. "Qs. arruum 30:21

Ya untuk menggapai sakinah kita, kita harus mencari pasangan itu yg sekupu, terutama dalam kesamaan aqidah karena klo berbeda aqidah bisa di bayangkan yg satu mengajak kepada Allah dan lainnya pasti mengajak kepada selain Allah, disini tdk akan terjadi keharmonisan. bahkan Allah telah berfirman :

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Qs. albaqarah 2:221,

dan  diayat lain :

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028]. Qs. annuur 24:3

Disini jelas bahwa utk menggapai sakinah syarat awalnya adalah adanya kesamaan aqidah, akhlak dan tujuan dlm berumah tangga..
dan utk mencapai sakinah ada beberapa proses yg harus dilakukan sebagai bentuk usaha kita :
pertama, adanya proses ta'aruf.
ta'aruf adalah proses mengenal terhadap pasangan kita, baik mengenal budaya, karakter bahkan sampai mengenal hal yg disukai dan tdk oleh pasangan kita, contoh bahasa pasangan , klo berlainan suku misalnya, kita harus belajar memahami bahasa pasangan kita, karena mungkin saja dari bunyinya sama tp bisa belainan makna, misal sunda dan jawa, dlm bahasa sunda ada bahasa yg berbunyi cokot, artinya ambil, dan di jawa jg ada bahasa cokot yg berarti gigit, bayangkan klo suaminya  ( sunda ) menyuruh dg kata cokot sendal (ambilkan sendal) kepada istrinya yg jawa bisa jadi masalah ini , istrinya tdk akan mau, karena disuruh gigit sendal ( jawa ) dan akan menggangu ketentraman...
nah proses ta'aruf ini akan berjalan terus, selama kita mengharapkan ketentraman, karena sifat dan karakter manusia itu dinamis...
Setelah ta'aruf, langkah kedua adalah tafahum, belajar memahami karakter dari pasangan kita, setelah mengenal kebiasaan dan budayanya, maka kita harus memahami karakter pasangan kita, disini kita harus belajar menghargai, belajar berkorban dg perasaan ataupun menerima sesuatu yg mungkin tdk kita sukai dari sifat pasangan kita, saling mengerti dan mencoba menyamakan persepsi, dalam proses ini komunikasi merupakan sesuatu yg wajib dilakukan, karena kita akan menyamakan dua perbedan utk tercapainya satu tujuan, dan tujuan rumah tangga dlm islam adalah ibadah dlm menggapai ridho Allah, jadi bingkailah proses tafahum ini dengan rambu" ilahi dengan bersandar pada kebenaran, sehingga ketika ada perbedaan atau permasalahan yg berat kita tdk kehilangan arah karena tujuan yg sama yaitu kembali kepada Allah...
Setelah memahami maka langkah selanjutnya akan lebih mudah yaitu,  ta'awun ( tolong menolong ), kita dg pasangan kita dengan saling memahami dan pengertian yg tinggi akan menciptakan rasa percaya dan tolong menolong, saling membantu penuh keikhlasan, saling mengingatkan dg penuh kecintaan, dan saling menguatkan dalam rangka beribadah kpd Allah swt....
Setelah proses ketiga tadi kita jalankan, maka insyaAllah perjalanan rumah tangga akan indah dengan warnanya tersendiri, akan penuh ketenangan, dan juga menghadirkan rasa kasih (mawadah), dan insyaAllah akan mendatangkan rahmat dari Allah swt, sebagaimana firmanNya ;

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qs. attaubah 9:71

SubhanAllah, ternyata dalam ayat ini jelas bahwa yg mendapat rahmat dari Allah adalah yg senantiasa tolong menolong dalam menjalankan syari'at Allah...
Jadi sebagai rasa kasih dan sayang kita pada pasangan kita, kita senantiasa mengingatkan pasangan kita ketika mengabaikan atau meninggalkan syari'at Allah, agar rahmat itu senantiasa mengalir kepada kita, dan ketika dingatkan kita juga harus dg penuh kesadaran menerimanya...
Alhamdulillah... mudah"an sedikit uraian ini akan mebuat kita lehih baik lg menjalankan biduk rumah tangga, akan lebih jelas lg tujuan kita berumah tangga, tidak semata memenuhi hasrat dunia saja, ada yg lebih jauh dan berharga yaitu ridho Allah swt, dan jannahNya tempat kembali kita dan keluarga... aamiin...
 Selamat berjuang dan berusaha, karena keluarga adalah tanggung jawab kita semua.... frimanNya :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Qs. at tahriim 66:6..

Wallahu 'alam bishawab.....

Kamis, 09 Januari 2014

surat cintaku

persembahan utk para mujahidah

22 Desember 2013 pukul 5:24
UNTUKMU PARA MUJAHIDAH

Wahai para mujahidah......
pantaskanlah dirimu menjadi seorang mujahidah...
karena itu yg akan mengantarkanmu pada keridhoan Rabbmu ....
jangan biarkan setan menguasai perasaanmu...
karena ia tau, itulah pertahanan terlemahmu....
penuhilah hatimu dg hikmahNya yg kuasa....
belajarlah berkorban dengannya...
karena itulah ladang jihad untukmu.....

kau tidak dituntut kemedan laga....
kau hanya dirumah menjaga harta suamimu...
kau madrasah bagi anak-anaknya....
maka, buatlah hatinya tentram bersamamu...
baik ketika ia jauh ataupun dekat disampingmu...
itulah ladang jihad untukmu....

wahai para mujahidah.....

ingatlah mujahidahku....
berkorbanlah dengan merelakan suamimu berjuang di jalanNya....
sadarlah bahwa ia bukan milikmu...
ia sudah di beli jiwa raganya oleh Rabbmu....
sepenuh hatinya sudah dimilikiNya....
maafkanlah ia....
bila hakmu kau rasa kurang....
bila perhatiannya terbagi...
bila raganya tak bersamamu...
bila ia pergi dan tak kembali padamu...
karena syahid menjemputnya lebih dahulu.....

maafkan ia....
ikhlaskan ia....
dan do'akan ia...
karena itulah ladang jihad untukmu....
wahai para mujahidah.....
kaulah bidadari ....
yang pasti dinanti......

safar 1435 H